Tuesday 4 August 2015

Makalah Antropologi Integrasi Sosial





MAKALAH ANTROPOLOGI
INTEGRASI SOSIAL 


KATA PENGANTAR

Pujisyukur kami ucapkan atas segala karunia Tuhan Yang Maha Esa, sehinggadapatmenyelesaikanmakalah yang berjudul “MakalahAntropologiIntegrasiSosial”denganbaikdantepatpadawaktunya.
Kami mengucapkanterimakasihkepadasemuapihak  yangterkait yang telahmemberibantuannyadalampenulisanmakalahini.
Akhirnya, kami sebagaipenyusunmenyadaribahwasanyamakalahinimasihterdapatbanyakkekurangan, baikdalampenulisanmaupunisi.Olehsebabitu, kami memintamaafkepadapembacaataskekurangan-kekurangantersebut, dan kami sangatmengharapkan saran, tanggapan, dankritikdaripembacagunasebagaipedomandanperbaikankemasa yang akandatang. Kami mengharapkanmakalahinidapatmemberikanmanfaatbagikitasemua.SemogaTuhansenantiasamemberikanpetunjukdanmembimbingkita.


Pancasari,      September 2014


Penyusun



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………….          i
DAFTAR ISI…………………………………………………………          ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  LatarBelakang…………….……………………………..            1
1.2  RumusanMasalah……….……………………………….            1
1.3  TujuandanManfaat…………….……………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN MATERI
2.1  Definisi integrasi sosial …………………………………..          2
2.2  Bentuk-bentuk Integrasi. …………………………….…..          3
2.3 Faktor Pendorong …………….……………………….....          3
2.4  Syarat Integrasi ….……..………………………………..           5
2.5 Proses Integrasi Sosial……………………………….…..           5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………           8
3.2 Saran………………………………………………….…            8
DAFTAR PUSTAKA…….………………………………………….          10


 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kebudayaan adalah sesuatu yang  memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Setiap masyarakat memilki kebudayaan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya dan cara bersosialisasi yang berbeda-beda pula. Yang membedakannya hanya bagaimana melakukan integrasi atau proses penyesuaian terhadap setiap perbedaan yang ada. Banyaknya pengertian tentang budaya, jenis dan tujuan budaya serta integrasi masih belum dipahami secara menyeluruh oleh banyak masyarakat, hal ini menjadi kajian yang menarik dan penting untuk ditelaah.oleh dasar itulah saya mengambil tema “ Budaya dan Integrasi Sosial” sebagai bahasan dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah
1.      ApakahDefinisi integrasi sosial?
2.      BagaimanaBentuk-bentuk Integrasi?
3.      ApasajaFaktor Pendorong?
4.      ApaSyarat Integrasi?
5.      BagaimanaProses Integrasi Sosial?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk menambah wawasan tentang budaya dan integrasi sosial .di harapkan pembaca akan lebih memahami arti penting budaya dan integrasi sosial.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi integrasi sosial
Integrasi berasal dari bahasa inggris "integration" yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Integrasi yang dimaksud disini merujuk pada upaya penyatuan berbagai kelompok masyarakat yang berbeda-beda secara sosial, budaya maupun politik suatu bangsa, yang membangun kesetiaan lebih besar yang bersifat nasional. Integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasian fungsi. Unsur-unsur sosial yang saling berbeda dalam masyarakat itu dapat berupa individu, keluarga,kekerabatan,kelompok sosial,lembaga sosial, status sosial, sistem nilai dan norma sosial. Proses penyesuaian yang dimaksud adalah apabila masing-masing unsur yang berbeda tersebut mau mentaati aturan-aturan yang ada dan telah disepakati bersama dan mau mefungsikan dirinya sesuai dengan status dan peranannya dalam masyarakat.Sedangkan Integrasi sosial ditandai dengan adanya suatu keadaan yang menggambarkan suatu keserasian hubungan dan fungsi diantara komponen masyarakat. Keserasian fungsi ini meliputi sebagian atau keseluruhan segi kehidupan, dimana masing-masing pihak memberikan keuntungan kepada pihak lain. Hal ini pada akhirnya saling menguntungkan semua komponen dalam masyarakat.
Definisi lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing. Integrasi memiliki 2 pengertian, yaitu :
  • Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu
  • Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu
Sedangkan yang disebut integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu sama lain itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan.
Suatu integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya. Menurut pandangan para penganut fungsionalisme struktur sistem sosial senantiasa terintegrasi di atas dua landasan berikut :
  • Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus (kesepakatan) di antara sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental (mendasar).
  • Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliation). Setiap konflik yang terjadi di antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda (cross-cutting loyalities) dari anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial.
Penganut konflik berpendapat bahwa masyarakat terintegtrasi atas paksaan dan karena adanya saling ketergantungan di antara berbagai kelompok.Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial.

2.2. Bentuk-bentuk Integrasi
·         Asimilasi, yaitu pembauran kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli.
·         Akulturasi, yaitu penerimaan sebagian unsur-unsur asing tanpa menghilangkan kebudayaan asli.

2.3. Faktor Pendorong
Terbentuknya integrasi sosial dalam masyarakat didorong oleh beberapa faktor, antara lain:
1.      Sentimen Ideologis
Yaitu suatu perasaan dan kesadaran sejumlah orang dengan ideologi yang sama. Kelompok ini memiliki kesadaran tinggi untuk menyatukan diri dalam gerak dan langkah serta tujuan karena didorong oleh sentimen ideologis yang sama. Mereka merasa senasib dan seperjuangan dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan ideologi yang diyakininya.

2.      Sentimen Geneologis
Di samping sentimen ideologis, sentimen geneologis juga merupakan sarana yang mendorong orang-orang untuk menyatukan diri dalam satu ikatan sosial yang didasarkan persamaan darah dan keturunan. Dalam dalam kesatuan geneologis, orang menyadari bahwa mereka berasal dari satu darah keturuna walaupun telah mengalami proses evolusi yang relatif panjang. Sentimen ini dapat mendorong orang-orang yang merasa memiliki persamaan keturunan untuk terikat dalam suatu wadah kekerabatan, marga, ataupun trah. Contoh, muncuknya Marga Simanungkalit, Simanjuntak, Trah Mangkunegaran, Trah Kasunan Demak, dan Trah Kraton Yogyakarta .
3.      Sentimen Teretorial
Yaitu suatu perasaan yang muncul secara spontanitas sebagai akibat adanya kesamaan daerah asal atau daerah kelahiran. Mereka menyadari berasal dari satu daerah yang sama. Hal ini, dapat memunculkan kesadaran untuk bersau dan membentuk suatu ikatan kerja sama yang lebih intim dengan didorong oleh sentimen asal daerah yang sama. Contoh, penonton sepak bola antar negara, yang memunculkan kesetiaan untuk mendukung negaranya.
4.      Sentimen Kepentingan
Dalam suatu asosiasi, individu terikat menjadi satu kesatuan karena memiliki orientasi dan kepentingan yang sama. Misalnya, Ikatan Pengusaha Batik Pekalongan, Ikatan Pengusaha Batik Solo, Ikatan Pengusaha Anggrek Jawa Barat. Melalui ikatan-ikatan ini, mreka menyadari bahwa antara individu yang satu dengan individu yang lain merupakan himpunan orang yang mempunyai kepentingan sama. Hal  ini, mendorong orang untuk mau melaksanakan kerja sama secara lebih intim.
5.      Sentimen Historis
Adalah suatu perasaan yang menyadari bahwa mereka memiliki sejarah perjuangan yang sama. Misalnya, pada saat Indonesia ingin mengusir para penjajah, masyarakat Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali, dan pulau-pulau yang lain memiliki sentimen histori yang sama sebagai masyarakat terjajah. Atas dasar persamaan, nasib mereka terdorong untuk bersatu dan membentuk suatu ikatan dengan solidaritas yang tinggi melawan para penjajah.


2.4.Syarat Integrasi
Menurut W F Ogburn dan M Nimkoff syarat terjadinya suatu integrasi sosial adalah sebagai berikut:
1.      Anggota masyaraklat merasa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan-kebutuhan mereka.Terpenuhinya kebutuhan itu menyebabkan setiap anggota masyarakat saling menjaga keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.
2.      Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan atau konsensus bersama mengenai norma dan nilai sosial yang dilestarikan dan dijadikan pedoman dalam berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.
3.      Norma dan nilai yang berlaku sukup lama,tidak mudah berubah-ubah,dan dijalankan secara konsisten oleh seluruh anggota masyarakat.

2.5. Proses Integrasi Sosial
Dalam setiap masyarakat, terdapat komponen-komponen yang saling bersaing sampai terbentuk suatu konflik. Di sisi lain, juga terdapat komponen masyarakat dalam skala kecil maupun besar membangun suatu kerja sama yang saling mendukung dan menguntungkan. Ini merupakan proses awal dari terjadinya integrasi sosial dalam masyarakat.
Dalam suatu proses integrasi sosial berlangsung tahapan-tahapan sebagai berikut:
a.       Proses Interaksi
Proses interaksi merupakan proses paling awal untuk membangun suatu kerja sama dengan ditandai adanya kecenderungan-kecenderungan positif yang dapat melahirkan aktivitas bersama. Proses interaksi dilandasi adanya saling pengertian dengan saling menjaga hak dan kewajiban antar pihak.
b.      Proses Identifikasi
Proses interaksi dapat berlanjut menjadi proses identifikasi manakala masing-masing pihak dapat menerima dan memahami keberadaan pihak lain seutuhnya. Pada dasarnya, proses identifikasi adalah proses untuk memahami sifat dan keberadaan orang lain. Jika proses ini dapat berlangsung dengan lancar maka akan menghasilkan hubungan kerja berlangsung dengan lancar maka akan menghasilkan hubungan kerja sama yang lebih erat. Sebab, masing-masing pihak mengetahui karakternya dan saling menjaga keutuhan hubungan tersebut.
c.       Kerjasama (Kooperation)
Menurut Charles H Cooley mengatakan bahwa kerja sama timbul apa bila orang menyadari bahwa mereka mepunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengerahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut melalui kerja sama,kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna.
d.      Proses Akomodasi
Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesakan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan,sehingga lawan tersebut kehilangan kepribadiannya.Tujuan dari akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya,yaitu:
1.      Untuk mengurangi pertentangan antara orang –perorangan atrau kelompok-kelompok manusia sebagai akibat perbedaan faham.Akomodasi disini bertujuan untuk menghasilkan suatu sintesa antara kedua pendapat tersebut,agar menghasilkan suatu pola yang baru.
2.      Untuk mencegah meledaknya suatu pertentangan,untuk sementara waktu atau secara temporer.
3.      Akomodasi kadang-kadang diusahakan untuk memungkinkan terjadinya kerja sama antara kelompok-kelompok sosial yang sebegai akibat faktor-faktor sosial,psikologis dan kebudayaan,hidup terpisah seperti,misalnya yang dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang mengenal sistem berkasta.
4.      Mengusahakan pelebutan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah,misalnya perkawinan campuran atau asimilasi dalam arti yang luas.
e.       Proses Asmilasi
Asimilasi merupakan suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak,sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.Secara singkat,maka proses asimilasi ditandai dengan pengembangan sikap-sikap yang sama.
f.       Proses Integrasi
Proses integrasi merupakan proses penyesuaian antar unsur masyarakat yang berbeda hingga membentuk suatu keserasian fungsi dalam kehidupan. Apabila dua pihak atau lebih yang terintegrasi telah mampu menjalankan peranannya masing-masing maka akan dapat membentuk hubungan dalam masyarakat dan dinamakan integrasi sosial.
Dalam integrasi sosial, terdapat kesamaan pola pikir, gerak langkah, tujuan dan orientasi serta keserasian fungsi dalam kehidupan. Adanya hal ini dapat mewujudkan keteraturan sosial dalam masyarakat.

 
BAB III
KESIMPULAN

3.1  Kesimpulan
Kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide gagasan yang terdapat di dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi social, religi seni dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasian fungsi. Unsur-unsur sosial yang saling berbeda dalam masyarakat itu dapat berupa individu, keluarga,kekerabatan,kelompok sosial,lembaga sosial, status sosial, sistem nilai dan norma sosial. Proses penyesuaian yang dimaksud adalah apabila masing-masing unsur yang berbeda tersebut mau mentaati aturan-aturan yang ada dan telah disepakati bersama dan mau mefungsikan dirinya sesuai dengan status dan peranannya dalam masyarakat.Sedangkan Integrasi sosial ditandai dengan adanya suatu keadaan yang menggambarkan suatu keserasian hubungan dan fungsi diantara komponen masyarakat. Keserasian fungsi ini meliputi sebagian atau keseluruhan segi kehidupan, dimana masing-masing pihak memberikan keuntungan kepada pihak lain. Hal ini pada akhirnya saling menguntungkan semua komponen dalam masyarakat.

3.2 Saran
Suatukemajuanakanmenghasilkandampakpositifdannegatif. Hal iniharusdapat kalian kitabetul agar dapatmeminimalkandampaknegatif yang merugikansertamemaksimalkandampakpositif yang menguntungkan.Jadidenganbanyakragamnyakebudayaan yang ada di indonesiaini, kitasebagaianakbangsainiharusmenjagakebudayaankitasendiri agar kebudayaan yang telahadasejakduluinitidakhilangdengankemajuanzaman yang sangatpesatini.

 

DAFTAR PUSTAKA

http://www.anneahira.com/7-unsur-kebudayaan.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
http://id.wikipedia.org/wiki/Integrasi_sosial
http://niienhinu.student.umm.ac.id/
http://brewock-brewock.blogspot.com/2011/05/konflik-sosial-dan-integrasi.html
http://www.scribd.com/doc/9227624/Perkembangan-Sosial-Dan-Kebudayaan-Indonesia
Mulyana,deddy. Jalaluddin Rakhmat.2006.KomunikasiAntarbudaya:Panduan                 Berkomunikasi   dengan Orang-Orang BerbedaBudaya. Bandung:Remaja                          Rosdakarya
Sjamsuddin, nazaruddin.1989. Integrasi Politik di Indonesia. Jakarta: Gramedia

 

ANTROPOLOGI PENDIDIKAN DI INDONESIA



ANTROPOLOGI PENDIDIKAN DI INDONESIA

 KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas segala karunia Ida Sang Hyang Widhi Wasa, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Antropologi Pendidikan di Indonesia” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak  yang terkait yang telah memberi bantuannya dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya, kami sebagai penyusun menyadari bahwasanya makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, baik dalam penulisan maupun isi. Oleh sebab itu, kami meminta maaf kepada pembaca atas kekurangan-kekurangan tersebut, dan kami sangat mengharapkan saran, tanggapan, dan kritik dari pembaca guna sebagai pedoman dan perbaikan ke masa yang akan datang. Kami mengharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.Semoga Tuhan senantiasa memberikan petunjuk dan membimbing kita.


Pancasari,      September 2014

Penyusun









DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………….          i
DAFTAR ISI…………………………………………………………          ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang…………….……………………………..           1
1.2  Rumusan Masalah……….……………………………….           2
1.3  Tujuan dan Manfaat…………….………………………..           2
BAB II PEMBAHASAN MATERI
2.1  Pengertian antropologi pendidikan di Indonesia…………          3
2.2  Pengaruh antropologi terhadap lingkungan
dan masyarakat…………….……………………………..          4
2.3  Manfaat landasan antropologi dalam pendidikan….……            6
2.4  Implikasi landasan antropologi dalam pendidikan………           6
2.5  Aplikasi landasan antropologi dalam
pendidikan ……..…………………………………..……           9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………           11
3.2 Saran………………………………………………….…            11
DAFTAR PUSTAKA…….………………………………………….          12

 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Manusia adalah makhluk sosial, artinya dalam hidupnya, manusia memerlukan kerjasama dengan orang lain. Sejak manusia lahir ke dunia mereka membutuhkan bantuan dan hubungan orang lain agar mereka dapat tetap hidup (survival). Hal ini berbeda dengan beberapa makhluk lain yang dikaruniai kemampuan untuk terus hidup walaupun tanpa bantuan induknya. Manusia dalam hidup di masyarakat diharapkan memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dapat dimanfaatkan dalam hidupnya, seperti: memudahkan dalam mencari pekerjaan, berinteraksi dengan manusia lain, dan memiliki wawasan budaya lokal daerah setempat agar tidak punah. Dalam berinteraksi di masyarakat, manusia dipengaruhi oleh nilai, aturan (norma), budaya, serta kondisi geografisnya terhadap perubahan perilakunya.   
Padahakekatnya pendidikan merupakan proses transformasi nilai dan kebudayaan dari generasi satu kepada generasi berikutnya, karena itu proses pendidikan akan terkait erat dengan latar belakang budaya tempat proses pendidikan berlangsung. (D. M. Brooks: 1988). Dengan demikian fungsi pendidikan sangat penting dalam melestarikan budaya dan menjadikan manusia berperilaku sesuai dengan nilai, norma, dan budaya lokal, sehingga manusia masih memiliki wawasan budaya setempat tanpa harus melupakan budaya aslinya. Secara tidak langsung pendidikan berbasis budaya lokal akan mempengaruhi pola pikir dan membentuk manusia seutuhnya.
Praktik di lapangan, bahwa kurikulum pendidikan mencerminkan sentralisasi. Sentralisasi kurikulum pendidikan merupakan cerminan akan kurangnya penghayatan pentingnya landasan antropologi dalam pendidikan secara mendalam, khususnya kurikulum ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Disatu pihak, setralisasi kurikulum akan memudahkan pembakuan proses belajar, namun tanpa memperhatikan latar belakang budaya daerah, keluaran pendidikan tersebut tidak akan terserap kembali ke dalam masyarakat. Adanya kebijakan dan upaya pengembangan kurikulum sekolah merupakan salah satu perwujudan akan pentingnya tinjauan latar sosial antropologi dalam pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penyusun akan membahas secara lengkap tentang landasan antropologi dalam pendidikan di masa yang terdahulu sampai saat ini. Tujuannya agar pendidikan di Indonesia tetap memahami keanekaragaman budaya setempat dan tidak menghilangkan nilai luhur, norma, serta etika dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.

1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang dipaparkan di atas, maka dapat di jabarkan rumusan masalahnya sebagai berikut:
1.      Bagaimana landasan antropologi pendidikan di Indonesia?
2.      Apa pengaruh antropologi terhadap lingkungan dan masyarakat?
3.      Apa manfaat landasan antropologi dalam pendidikan?
4.      Bagaimana implikasi landasan antropologi dalam pendidikan?
5.      Bagaimana aplikasi landasan antropologi dalam pendidikan saat ini?
6.      Apa pengaruh landasan antropologi terhadap perubahan kebijaksanaan pendidikan di Indonesia?

1.3  Tujuan
Dari rumusan masalah yang dipaparkan di atas, maka rumusan tujuannya yaitu :
1.      Untuk mengetahui landasan antropologi pendidikan di Indonesia.
2.      Untuk mengetahui pengaruh antropologi terhadap lingkungan dan masyarakat.
3.      Untuk mengetahui manfaat landasan antropologi dalam pendidikan.
4.      Untuk mengetahui implikasi landasan antropologi dalam pendidikan.
5.      Untuk mengetahui aplikasi landasan antropologi dalam pendidikan saat ini.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1   Pengertian Antropologi Pendidikan
Antropologi berasal dari kata Yunani άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti "wacana" (dalam pengertian "bernalar", "berakal"). Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial(wikipedia).Antropologi adalah suatu ilmu yang memahami sifat-sifat semua jenis manusia secara lebih banyak.Antropologi yang dahulu dibutuhkan oleh kaum misionaris untuk penyebaran agama Nasrani dan bersamaan dengan itu berlangsung sistem penjajahan atas negara-negara diluar Eropa, dewasa ini dibutuhkan bagi kepentingan kemanusiaan yang lebih luas.Studi antropologi selain untuk kepentingan pengembangan ilmu itu sendiri, di negara-negara yang telah membangun sangat diperlukan bagi pembuatan-pembuatan kebijakan dalam rangka pembangunan dan pengembangan masyarakat. Landasan antropologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah antropologi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Contoh : perbedaan kebudayaan masyarakat di berbagai daerah (misalnya: sistem mata pencaharian, bahasa, kesenian, dsb).
Sebagai suatu disiplin ilmu yang sangat luas cakupannya, maka tidak ada seorang ahli antropologi yang mampu menelaah dan menguasai antropologi secara sempurna.Demikianlah maka antropologi dipecah-pecah menjadi beberapa bagian dan para ahli Antropologi masing-masing mengkhususkan diri pada spesialisasi sesuai dengan minat dan kemampuannya untuk mendalami studi secara mendalam pada bagian-bagian tertentu dalam antropologi.Dengan demikian, spesialisasi studi antropologi menjadi banyak, sesuai dengan perkembangan ahli-ahli antropologi dalam mengarahkan studinya untuk lebih mamahami sifat-sifat dan hajat hidup manusia secara lebih banyak.
Antropologi secara garis besar dipecah menjadi 2 bagian yaitu antropologi fisik/biologi dan antropologi budaya. Tetapi dalam pecahan antropologi budaya, terpecah – pecah lagi menjadi banyak sehingga menjadi spesialisasi – spesialisasi, termasuk antropologi pendidikan.Seperti halnya kajian antropologi pada umumnya antropologi pendidikan berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya dalam rangka memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia khususnya dalam dunia pendidikan.
Dari pengertian sosiologi yang dipaparkan diatas pendidikan yang berlandaskan antropologi khususnya di Indonesia sangat dibutuhkan karena keadaan masyarakat Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu suku bangsa dengan adat-istiadat, kebudayaan dan bahasa yang beragam tentu pendidikan tidak dapat dipisahkan dari latar antropologi.Namun, pada kenyataanya kurikulum yang digunakan di Indonesia saat ini masih terkesan bersifat sentral. Sentralisasi kurikulum pendidikan merupakan cerminan akan kurangnya penghayatan pentingnya landasan antropologik dalam pendidikan secara mendalam, khususnya kurikulum ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Di satu pihak, sentralisasi kurikulum akan memudahkan pembakuan prosesi belajar, namun tanpa memperhatikan latar belakang budaya daerah keluaran pendidikan tersebut tidak akan terserap kembali ke dalam masyarakat. Adanya kebijakan dan upaya pengembangan kurikulum muatan lokal pada kurikulum sekolah merupakan salah satu perwujudan akan pentingnya tinjauan latar sosial antropologik dalam pendidikan (Soedomo, 1990).

2.2   Pengaruh Antropologi Terhadap Lingkungan dan Masyarakat
Perbedaan geografis mencakup perbedaan-perbedaan yang disebabkan oleh faktor geografis seperti letak daerah, misalnya: pantai, daerah pegunungan, daerah tropis, daerah sub tropis, daerah subur, daerah tandus, dan sebagainya.
Sebagai contoh, pengaruh daerah sub tropis terhadap pola kerja manusia akan berbeda dengan daerah tropis. Pada daerah sub tropis ada musim dimana manusia kurang/tidak dapat bekerja secara penuh, terutama pada musim dingin, sehingga keadaan ini memaksa manusia daerah sub tropis untuk mempersiapkan cadangan makanan untuk musim dingin. Demikian pula masyarakat di daerah gersang akan terpaksa bekerja lebih keras untuk mempertahankan hidupnya dibandingkan dengan daerah subur.
Perbedaan-perbedaan tersebut melahirkan pula perbedaan kebudayaan, baik dalam wujud ide-ide, pola, tingkah laku maupun kebudayaan. Di daerah subur seperti di Indonesia, dimana manusia tidak perlu berjuang keras untuk mempertahankan hidupnya, dimana sumber-sumber alam relatif mudah diambil, membuat manusia juga bermurah hati terhadap sesamanya, sehingga bila ada seorang warga masyarakat yang mengalami kekurangan, orang launn dengan mudahnya membantu orang yang menderita tersebut. Karena itu terutama di pedesaan, dimana kebutuhan hidup dari alam sekitar relatif lebih mudah didapatkan, perasaan gotong-royong antar warga masyarakat sangat tinggi.Sebaliknya di daerah perkotaan dimana manusia harus berusaha lebih keras untuk mempertahankan hidupnya, maka perasaan gotong-royong itu makin menipis, dan perasaan individualitasnya lebih tinggi.
Hal-hal tersebut diatas juga mempengaruhi sistem nilai budaya yang dianut oleh warga masyarakat, yang dengan sendirinya akan berpengaruh terhadap proses pendidikan yang berlangsung di masyarakat yang bersangkutan, karena proses pendidikan tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungan geografis dan sosiokultural masyarakat.
Studi antropologi selain untuk kepentingan pengembangan ilmu itu sendiri, di negara-negara yang telah membangun sangat diperlukan bagi pembuatan-pembuatan kebijakan dalam rangka pembangunan dan pengembangan masyarakat.
Landasan antropologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah antropologi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan.Contoh : perbedaan kebudayaan masyarakat di berbagai daerah (misalnya: system mata pencaharian, bahasa, kesenian, dsb). Mengimplikasikannya perlu diberlakukan kurikulum muatan lokal.
            Dari paparan diatas pendidikan perlu dilandasi antropologi karena melalui antropologi bisa membuka diri tentang keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia dan menghargai kebudayaan orang lain.


2.3 Manfaat Landasan Antropologi dalam Pendidikan
Setiap manusia memiliki perbedaan, oleh karena itu seorang pendidik harus sedikit banyak memahami latar siswa yakni keluarga, budaya, lingkungan siswa.Oleh karena itu, antropologi dibutuhkan sebagai landasan dalam pendidikan. Antropologi dalam pendidikan memiliki beberapa manfaat diantaranya:
1.      Dapat mengetahui pola perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat secara Universal maupun pola perilaku manusia pada tiap-tiap masyarakat (suku bangsa)
2.      Dapat mengetahui kedudukan serta peran yang harus kita lakukan sesuai dengan harapan warga masyarakat dari kedudukan yang kita sandang
3.      Dengan mempelajari antropologi akan memperluas wawasan kita terhadap tata pergaulan umat manusia diseluruh dunia khususnya Indonesia yang mempunyai kekhususan-kekhususan yang sesuai dengan karakteristik daerahnya sehingga menimbulkan toleransi yang tinggi
4.      Dapat mengetahui berbagai macam problema dalam masyarakat serta memiliki kepekaan terhadap kondisi-kondisi dalam masyarakat baik yang menyenangkan serta mampu mengambil inisiatif terhadap pemecahan permasalahan yang muncul dalam lingkungan masyarakatnya
Dari manfaat diatas dapat disimpulkan bahwa, antropologi dapat menjadikan bangsa Indonesia yang memiliki jiwa nasionalis.

2.4   Implikasi landasan antropologi dalam pendidikan
Indonesia terdiri dari ribuan pulau yang dirangkai oleh selat, dan keadaan geogafisnya tidak merata. Faktor geografis suatu daerah sangat berpengaruh pada jaringan komunikasi dan transportasi antar daerah maupun pulau. Khususnya di daerah yang dikelilingi hutan belantara dan pegunungan yang tinggi akan menghambat proses informasi, sehingga akan berpengaruh pada pengetahuan penduduk di sekitar. Selain faktor geografisnya, di masing-masing daerah memiliki berbagai macam suku bangsa, adat istiadat, sistem nilai, budaya yang berbeda. Misalnya: suku jawa, sunda, madura, dayak, minang, batak dan sebagainya. Sedangkan dari ras polynesia yang mendiami Indonesia bagian timur, misalnya: Ambon, Timor, Irian Jaya. Keragaman budaya tersebut telah memberikan pengaruh terhadap hubungan sosial masyarakat, sistem pendidikan, mata pencaharian, dan pola berfikir manusia.
Misalnya kebutuhan akan makan. Makan adalah kebutuhan dasar yang tidak termasuk dalam kebudayaan. Tetapi bagaimana kebutuhan itu dipenuhi; apa yang dimakan, bagaimana cara memakan adalah bagian dari kebudayaan. Kebudayaan yang berbeda dari kelompok-kelompoknya menyebabkan manusia melakukan kegiatan dasar itu dengan cara yang berbeda. Contohnya adalah cara makan yang berlaku sekarang. Pada masa dulu orang makan hanya dengan menggunakan tangannya saja, langsung menyuapkan makanan kedalam mulutnya, tetapi cara tersebut perlahan lahan berubah, manusia mulai menggunakan alat yang sederhana dari kayu untuk menyendok dan menyuapkan makanannya dan sekarang alat tersebut dibuat dari almunium. Begitu juga tempat dimana manusia itu makan. Dulu manusia makan disembarang tempat, tetapi sekarang ada tempat-tempat khusus dimana makanan itu dimakan. Hal ini semua terjadi karena manusia mempelajari atau mencontoh sesuatu yang dilakukan oleh generasi sebelumya atau lingkungan disekitarnya yang dianggap baik dan berguna dalam hidupnya. Proses perubahan tata cara makan tersebut merupakan terjadi dari proses belajar sehingga menghasilkan perubahan perilaku yang dinilai baik dan berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan pendidikan.
Dengan berbagai macam suku bangsa dan kebudayaan secara alamiah dari dulu telah berlangsung upaya pendidikan sebagai proses transmisi dan transformasi kebudayaan. Untuk itu, pendidikan di masing-masing daerah berbeda dan disesuaikan dengan budaya daerah tersebut. Proses pendidikan bangsa telah ada sebelum kedatangan penjajah dan memiliki antropologis yang kuat. Setelah bangsa Eropa datang maka diintrodusirlah sistem persekolahan, dengan kurikulum yang diatur oleh tim pengembang kurikulum dari luar.
Kurikulum yang sudah diterapkan pada masing-masing daerah berdampak perkembangan pengetahuan yang berbeda dan mempengaruhi kemajuan masyarakat. Hal ini tentunya berbeda dengan masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan dengan daerah pedesaan. Masyarakat perkotaan, memberikan pendidikan anaknya mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Program pendidikan di sekolah terdiri dari: sekolah reguler, home schooling, akselerasi, dan sekolah berstandar internasional (RSBI). Selain itu, di kota merupakan pusat pemerintahan dan perdagangan, sehingga memungkinkan perkembangan pendidikan mudah dijangkau dan cepat. Berbeda dengan daerah pedesaan, melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi merupakan permasalahan. Hal ini dikarenakan tingkat ekonomi penduduk yang masih minim, kesadaran orang tua akan pendidikan masih kurang, akses lembaga pendidikan terbatas, dan angka migrasi tinggi. Hal ini menyebabkan angka anak drop out dari keluarga kurang mampu tersebut tinggi.
Melihat permasalahan tersebut, maka peranan pendidikan sangat penting khususnya penyusunan kurikulum oleh satuan pendidikan yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan pendidikan nasional dan tercapainya tujuan pembelajaran. Salah satu kurikulum berbasis budaya lokal telah memberikan sumbangan untuk lebih mengenal potensi budaya di masing-masing daerah, sehingga peserta didik dapat mengenal potensi budayanya sendiri, dapat mengembangkan potensi budaya, serta dapat bermanfaat bagi kelangsungan hidupnya (berwirausaha).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam implikasi landasan antropologi, adalah sebagai berikut.
1.    Identifikasi kebutuhan belajar masyarakat
Identifikasi kebutuhan masayarakat ini bersumber dari informasi masyarakat sekitar. Masyarakat tersebut terdiri dari tokoh masyarakat, baik secara formal maupun informal, tokoh agama, dan perwakilan masyarakat kelas bawah. Hal ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan data yang dijadikan bahan pengembangan kurikulum.
2.    Keterlibatan partisipasi masyarakat
Setelah mengidentifikasi kebutuhan belajar, maka masyarakat ikut serta dalam merancang kurikulum, menyediakan sarana dan prasarana, menentukan nara sumber sebagai fasilitator, dan ikut menilai hasil belajar.
3.    Pemberian Pendidikan Kecakapan Hidup
Pendidikan kecakapan hidup merupakan pendidikan dalam bentuk pemberian keterampilan dan kemampuan dasar pendukung fungsional, membaca, menulis, berhitung, memcahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam kelompok, dan menggunakan teknologi (Dikdasmen 2002, dalam Efendi 2009:153).

2.5   Aplikasi Landasan Antropologi dalam Pendidikan
Penerapan landasan antropologi dalam pendidikan saat ini adalah sebagai berikut:
1.      Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 sesuai dengan kebutuhan siswa.
2.      Model pembelajaran berbasis budaya lokal. Model pembelajaran ini diterapkan melalui muatan lokal. Materi disesuaikan dengan potensi lokal masing-masing daerah di lingkungan sekolah. Sehingga siswa dapat mengenali potensi budayanya sendiri, mengembangkan budaya, menumbuhkan cinta tanah air, dan mempromosikan budaya lokal kepada daerah lain.
3.      Metode pembelajaran karya wisata.
Guru mengajak siswa ke suatu tempat ( objek ) tertentu untuk mempelajari sesuatu dalam rangka suatu pelajaran di sekolah. Metode karyawisata berguna bagi siswa untuk membantu mereka memahami kehidupan ril dalam lingkungan beserta segala masalahnya . Misalnya, siswa diajak ke museum, kantor, percetakan, bank, pengadilan, atau ke suatu tempat yang mengandung nilai sejarah/kebudayaan tertentu.
4. Pendidikan kecakapan hidup yang diintegrasikan pada mata pelajaran. Pengembangan kecakapan hidup terdiri dari: kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional (keterampilan untuk bekerja). Adapun contoh pengintegrasian pendidikan kecakapan hidup dalam mata pelajaran, adalah sebagai berikut.
-       Pendidikan Agama, tujuannya: membentuk siswa menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
-       IPS, tujuannya: mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat.
-       SBK, tujuannya: membentuk karakter peserta didik agar memiliki rasa seni dan pemahaman budaya.
-       Muatan Lokal, tujuannya: membentuk pemahaman terhadap potensi sesuai dengan ciri khas di daerah tempat tinggalnya.
-       Pengembangan diri, tujuannya: memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, minat, dan bakat.
5.    Pembelajaran dengan Modelling
Modelling adalah metode pembelajaran dengan menggunakan model (guru) sebagai obyek belajar perubahan tingkah laku yang kemudian ditiru oleh siswa.Modelling bertujuan untuk mengembangkan keterampilan fisik dan mental siswa.


BAB III
PENUTUP

3.1   Kesimpulan
Antropologi adalah suatu ilmu yang memahami sifat-sifat semua jenis manusia secara lebih banyak.Negara Indonesia merupakan negara yang mempunyai keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang mempunyai keunikannya masing-masing.Pendidikan dapat merubah kebudayaan yang buruk dan mempertahankan kebudayaan yang baik pada peserta didik.Oleh karena itu untuk memahami dan menghargai siswa dengan keanekaragaman yang dimilikinya diperlukan landasan antropologi dalam pengembangan kurikulum pendidikan di Indonesia.

3.2   Saran
Dengan keragaman budaya bisa melaksanakan pendidikan dengan optimal dan tidak memandang perbedaan sebagai faktor pendidikan wajar 9 tahun, tidak tercapai.Sebagai ahli pendidikan sebaiknya memberikan kesempatan kepada lembaga untuk tetap melestarikan budaya setempat melalui pendidikan di sekolah maupun perguruan tinggi.

 



DAFTAR PUSTAKA

Efendi, M. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran: Pengantar ke Arah Pemahaman KBK, KTSP, dan SBI. Malang: Universitas Negeri Malang.


Jurnal Antropologi Papua Volume 1, No. 1, Agustus 2002. Papua: Laboratorium Antropologi Universitas Cendrawasih.

Sudomo. 1989. Landasan Pendidikan. Malang: Universitas  Negeri Malang.